TATTOO SEBAGAI SUB-CULTURE POP ART ADALAH MERUPAKAN BENTUK EKSPRESI
DAN TIDAK LAGI MEMILIKI NILAI TINGGI TERHADAP PEMILIK TATTOO. PERGESERAN
INI TENTUNYA DISEBABKAN JUGA OLEH MODERNITAS DARI SOSIAL BUDAYA
MASYARAKAT YANG TERUS BERKEMBANG SEHINGGA TATTOO TIDAK LAGI MENJADI
SIMBOL-SIMBOL PRAGMATIS.
Pada era 90-an hingga awal tahun 2000, selama 1 dekade, di Amerika, Australia, Eropa dan Jepang , tattoo menjadi bagian dari sub-culture dari popular art. Tatto menjadi bagian dari gaya hidup barat dari usia remaja hingga dewasa. Bahkan, produsen boneka besar seperti Mattel menyematkan tattoo pada boneka barbie-nya.
Di Amerika, terdapat 7 kota sebagai komunitas tattoo terbesar yaitu
San Fransisco, Austin, Portland, Flint, Richmond, Las Vegas dan Miami.
Ke-7 kota tersebut adalah tempat tujuan utama penggemar tattoo dari
seluruh dunia.
Jika pada awal munculnya tattoo adalah ditujukan untuk hal-hal
religius, magic dan juga sebagai simbol kehormatan dan derajat hidup,
maka pada zaman sekarang tattoo digunakan sebagai ekspresi, eksistensi
dan seni. Nilai-nilai yang diangkat adalah nilai artistik-nya Bagi para
pemakai tattoo, tattoo menjadi bagian yang penting dalam mengaktualisasi
diri. Tattoo menjadi suatu trend, lifstyle dan mungkin juga gengsi.
Semua dikembalikan dari apa tujuan men-tattoo.
Fakta baru tentang Tattoo
Di Jepang, baru-baru ini muncul pelarangan terhadap tattoo bagi pekerja-pekerja di Osaka. Peraturan ini dikeluarkan pada 6 juni 2012 oleh Osaka’s Ethical Code karena tattoo dinilai sangat identik dengan Yakuza (organisasi kriminal di Jepang). Bagi pekerja-pekerja yang mempunyai tattoo, diharuskan menutupi atau menghapusnya. Peraturan ini diumumkan oleh Walikota Osaka Toru Hashimoto dan langsung diadakan inspeksi teradap pejabat-pejabat pemerintah yang memiliki tattoo ditubuhnya dan diinstruksikan untuk menghapusnya.
Di Jepang, baru-baru ini muncul pelarangan terhadap tattoo bagi pekerja-pekerja di Osaka. Peraturan ini dikeluarkan pada 6 juni 2012 oleh Osaka’s Ethical Code karena tattoo dinilai sangat identik dengan Yakuza (organisasi kriminal di Jepang). Bagi pekerja-pekerja yang mempunyai tattoo, diharuskan menutupi atau menghapusnya. Peraturan ini diumumkan oleh Walikota Osaka Toru Hashimoto dan langsung diadakan inspeksi teradap pejabat-pejabat pemerintah yang memiliki tattoo ditubuhnya dan diinstruksikan untuk menghapusnya.
Di Jepang, pelarangan tattoo muncul dari pemerintah, sementara fakta
menarik dari Amerika justru sebaliknya, kesadaran untuk menghapus tattoo
ini muncul dari ruang lingkup masyarakat itu sendiri. Pemicunya lebih
pada karena alasan edukasi, yaitu ketika mereka men-tattoo tubuhnya pada
usia 18-24 tahun belum memikirkan bagaimana jika anak-anak mereka nanti
melihat tattoo mereka? apa pandangan sang anak terhadap orang tua-nya
yang ber-tattoo?
Selain alasan di atas, beberapa sumber dari Tattoo Removal Clinnic di
Washington mengatakan, bahwa pasien-pasien yang datang dan ingin
dihapus tattoo-nya memiliki alasan karir. Tattoo yang mereka buat pada
masa muda ternyata membuat karir mereka terhambat. Sebuah fakta yang
menarik bukan?
Nilai-nilai apa yang bisa diambil dari fakta baru soal tattoo
tersebut? bahwa tujuan seseorang memiliki tattoo akan menentukan
kelanjutan hidup dari orang tersebut. Jika Anda memang niat berkarir
dibidang entertain, tentu tidak perlu khawatir dengan tattoo yang
dimiliki, tapi bagaimana jika karir yang akan dijalaninya ternyata hanya
karyawan biasa? terlibat dalam suatu komunitas bisnis yang konservatif
yang mengharuskan patuh pada banyak peraturan?
Lifestyle adalah bagian dari bagaimana kita mengisi hidup kita dengan
sesuatu yang unik, tetapi keunikan itu haruslah menjadi sesuatu yang
positif . Tattoo, adalah karya seni yang spektakuler, ilmu rajah ini
secara teknikal memiliki tingkat kesulitan paling tinggi dibanding seni
menggambar yang lain. Berkembangnya peminat terhadap seni tattoo ini
menunjukan mulai terbukaanya masyarakat terhadap seni tattoo yang kini
menjadi bagian dari fashion.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar